Wednesday, February 23, 2011

Meraih Ampunan Allah swt

Dan dari Anas bin Malik radhiallohu ‘anhu beliau berkata: Rosululloh shalallohu ‚alaihi wa sallam bersabda: “Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman: ‘Wahai anak adam, sesungguhnya jika engkau berdoa dan berharap kepada-Ku, niscaya Aku akan mengampunimu dan Aku tidak akan memperdulikannya lagi. Wahai anak Adam, seandainya dosa-dosamu memenuhi seluruh langit, kemudian engkau memohon ampun padaku, niscaya Aku akan mengampunimu. Wahai anak Adam, seandainya engkau datang kepadaku dengan kesalahan sepenuh bumi, kemudian engkau menjumpaiku dalam keadaan tidak berbuat syirik dengan apapun niscaya aku akan datang kepadamu dengan pengampunan sepenuh bumi pula. (HR Tirmidzi, beliau berkata: “hadits ini hasan”) Wallohu a’lam, semoga sholawat tercurah pada nabi Muhammad.

Penjelasan:

Dari Anas radhiallohu ‘anhu beliau berkata: Saya mendengar Rosululloh ¬shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: [Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman,’ Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau berdoa dan berharap kepada-Ku, niscaya Aku akan mengampunimu dan Aku tidak akan memperdulikannya lagi] Yang dimaksud [“Anak Adam”] pada perkataan ini adalah seorang muslim yang mengikuti risalah rosul yang diutus kepadanya. Maka orang-orang yang mengikuti risalah nabi Musa ‘alaihi salam pada zamannya, maka dia termasuk orang yang diseru dengan panggilan ini. Orang-orang yang mengikuti risalah nabi Isa ‘alaihi salam pada zamannya, maka dia juga termasuk orang yang diseru dengan panggilan ini. Adapun setelah diutusnya Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam, orang-orang yang mendapatkan balasan dan keutamaan seperti yang disebutkan dalam hadits ini adalah mereka yang mengikuti Al Musthofa (Nabi Muhammad) shalallahu ‘alaihi wa sallam, beriman bahwa risalah yang beliau bawa adalah penutup risalah para nabi, mengakui kenabian dan risalah yang beliau bawa dan mengikuti petunjuk beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam.

Alloh jalla wa ‘ala berfirman pada hadits ini: [Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau berdoa dan berharap kepada-Ku, niscaya Aku akan mengampunimu dan Aku tidak akan memperdulikannya lagi] Kalimat ini memiliki makna yang serupa dengan firman Alloh jalla wa ‘ala:


قُلْ يَاعِبَادِي الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنفُسِهِمْ لاَتَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللهِ إِنَّ اللهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

“Katakanlah: “Hai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS Az Zumar: 53)

Jika seorang hamba melakukan perbuatan dosa kemudian segera bertaubat, berdoa kepada Alloh jalla wa ‘ala agar Ia mengampuninya serta mengharapkan ampunan-Nya, maka Alloh akan mengampuni dosa-dosanya selama dia bertaubat karena “Taubat itu menghapus dosa-dosa sebelumnya”.

Kemudian Alloh jalla wa ‘ala berfirman pada hadits ini: “sesungguhnya jika engkau berdoa dan berharap kepada-Ku”. Kalimat ini menjelaskan bahwa doa disertai dengan harapan akan menyebabkan Alloh mengabulkan permohonan ampun. Ada sebagian orang yang berdoa pada Robb-Nya dengan harapan yang lemah dan tidak berhusnuzhon pada Robb-Nya padahal Rosululloh shalallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,”Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman: ‘Aku sesuai dengan persangkaan hamba-Ku pada-Ku maka hendaklah berprasangka pada-Ku sebagaimana dia kehendaki”. Jika seorang hamba berdoa untuk memohon ampun atas segala dosa-dosanya maka hendaknya dia berdoa untuk memohon ampun pada Alloh dengan berkeyakinan bahwa Alloh memiliki kemurahan yang sangat besar dan dia berharap bahwa Alloh akan mengampuni dosa-dosanya. Orang yang melakukan hal ini, niscaya Alloh akan mengampuni dosa-dosanya.

Maka jika seseorang telah memiliki rasa harap yang sangat besar pada Alloh dan yakin bahwa Alloh akan mengampuninya niscaya dia akan mendapatkan apa yang ia cari. Hal tersebut dikarenakan besarnya rasa harap dan prasangka yang baik pada Alloh. Banyak ibadah-ibadah hati (ibadah qolbiyyah) yang harus dilakukan oleh seorang pelaku dosa ketika memohon ampun dan bertaubat. Banyak ibadah-ibadah hati yang harus dilakukan agar perbuatan dosa diampuni sebagai karunia dan kemuliaan dari Alloh jalla wa ‘ala.

Kemudian Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman: “niscaya Aku akan mengampunimu”. Pengampunan (المغفرة) memiliki makna menutup bekas-bekas dosa di dunia dan akhirat. Pengampunan tidak sama dengan menerima taubat, karena pengampunan memiliki makna menutup (ستر). Mengampuni sesuatu (غفر الشيء) memiliki makna menutup sesuatu (ستره). Menutup dosa-dosa memiliki makna bahwa Alloh jalla wa ‘ala akan menutup dampak-dampak dosa di dunia dan akhirat. dampak dosa di dunia adalah balasan atas perbuatan dosa tersebut di dunia, sedangkan dampak dosa di akhirat adalah balasan atas perbuatan dosa tersebut di akhirat. Barang siapa yang memohon ampun pada Alloh jalla wa ‘ala maka dia akan diampuni oleh Alloh. Barang siapa yang meminta pada Alloh agar Ia menutupi dampak dosanya di dunia dan akhirat maka Alloh akan menutupinya. Alloh akan menutup dampak dosa-dosanya dengan tidak memberikan balasan atas dosanya di dunia dan akhirat.

Kemudian Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman: [Wahai anak Adam, seandainya dosa-dosamu memenuhi seluruh langit]. Dosa tersebut memenuhi langit (awan yang tinggi) karena jumlahnya yang banyak dan bertumpuk-tumpuk.

Kemudian Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman: [kemudian engkau memohon ampun pada-Ku, niscaya Aku akan mengampunimu]. Perbuatan ini adalah perbuatan seorang hamba yang bertaubat dan mencintai Robbnya dengan kecintaan yang mendalam. Karena Alloh -Yang Maha Agung, Yang Memiliki nama dan sifat yang mulia, indah dan sempurna, yang menguasai seluruh kerajaan, Dialah yang menguasai dan melindungi segala sesuatu, yang memiliki berbagai macam nama dan sifat yang agung dan mulia- akan mencintai hambanya dengan kecintaan seperti ini. Maka tidak diragukan lagi, hal ini akan membuat hati mencintai Robbnya, merasa hina di hadapan-Nya dan mendahulukan ridho-Nya daripada ridho selain-Nya.

Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman: [Wahai anak Adam, seandainya dosa-dosamu memenuhi seluruh langit kemudian engkau memohon ampun padaku, niscaya Aku akan mengampunimu]. Dalam kalimat ini terdapat dorongan untuk senantiasa memohon ampunan. Jika engkau berbuat dosa maka beristigfarlah karena sesungguhnya tidak cukup istigfar kita walaupun dilakukan sebanyak 70 kali dalam setiap hari seperti yang disebutkan dalam sebuah hadits. Dengan beristigfar dan menyesal maka Alloh akan mengampuni segala dosa.

Kemudian Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman: "Wahai anak Adam, seandainya engkau datang kepadaku dengan kesalahan sepenuh bumi, kemudian engkau menjumpaiku dalam keadaan tidak berbuat syirik dengan apapun niscaya aku akan datang kepadamu dengan pengampunan sepenuh bumi pula". Jika anak Adam datang dengan dosa sepenuh bumi, kemudian menjumpai Alloh dalam keadaan memurnikan ibadah hanya untuk-Nya dan tidak berbuat syirik kepada-Nya baik syirik besar, syirik kecil maupun syirik yang tersembunyi, hatinya ikhlas hanya kepada Alloh, tidak ada pada hatinya kecuali Alloh dan tidak merasa cemas kecuali hanya kepada-Nya, tidak berharap kecuali hanya kepada-Nya, tidak berbuat syirik dalam bentuk apapun pada-Nya, niscaya Alloh jalla wa ‘ala akan mengampuni seluruh dosa-dosanya.

Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman: “kemudian engkau menjumpaiku dalam keadaan tidak berbuat syirik dengan apapun niscaya aku akan datang kepadamu dengan pengampunan sepenuh bumi pula”. Hal ini menunjukkan kebaikan dan besarnya rahmat Alloh pada para hamba-Nya.

Ya Alloh segala puji bagi-Mu atas nama-nama dan sifat-Mu. Ya Alloh segala puji bagi-Mu atas nikmat syariat Islam yang engkau berikan pada kami. Ya Alloh segala puji bagi-Mu atas nikmat diutusnya nabi-Mu Muhammad ‘alaihi sholatu wa sallam yang engkau berikan pada kami. Ya Alloh segala puji bagi-Mu atas anugerah yang engkau berikan pada kami untuk mengikuti jalan para salafushalih. Ya Alloh segala puji bagi-Mu atas anugerah-Mu pada kami berupa ampunan untuk segala dosa, menunjukkan pada perbuatan baik, dan mengampuni segala kesalahan. Ya Alloh segala puji bagi-Mu atas nikmat-Mu yang Agung. Ya Alloh segala puji bagi-Mu dan engkaulah yang paling berhak untuk mendapatkan seluruh pujian.

Ustadz Abu Ukasyah Aris Munandar

Semoga bermanfaat.. insyaAllah.. ^_^

Tuesday, February 22, 2011

KEPENTINGAN MENJAGA SOLAT

Rasulullah s.a.w bersabda yang maksudnya: Sesungguhnya amal yang mula-mula sekali dihisab pada hari kiamat ialah sembahyang (solat) seseorang, jika sembahyangnya diterima maka sesungguhnya beruntunglah dan berjayalah ia, dan jika sembahyangnya tidak diterima maka kecewa dan rugilah ia. Sekiranya terkurang dari sembahyang fardhunya sesuatu, Allah berfirman: Periksalah, adakah hamba-Ku itu mempunyai sembahyang-sembahyang sunat untuk dicukupkan dengannya apa yang terkurang dari sembahyang fardunya? Demikianlah keadaan amal-amalnya yang lain. 

Huraian Hadith: 

i) Seorang mukmin yang sebenar sudah tentu tidak akan mencuaikan ibadat sembahyang fardhu yang diwajibkan ke atasnya termasuklah menjaga waktu sembahyang, mematuhi tertib sembahyang dan sebagainya di samping mengerjakan ibadat sunat seperti sembahyang sunat, puasa sunat dan lain-lain setakat yang termampu olehnya. ii) Sesungguhnya sembahyang itu jika dikerjakan dengan sempurna dapat mencegah seseorang daripada perbuatan keji dan mungkar sebaliknya orang yang mengerjakan ibadat sambil lewa tidak akan dapat merasai nikmat ketenangan dan ketakwaan yang sebenar kepada Allah S.W.T. Dia akan menganggap bahawa ibadat itu adalah suatu yang memberatkan. Lantaran itulah kita mendapati ramai orang yang tidak segan silu melakukan dosa dan maksiat sekalipun dia mengerjakan sembahyang, puasa dan sebagainya. iii) Rebutlah segala peluang yang ada semasa hidup di dunia ini untuk mengerjakan kebaikan, hayatilah kata-kata (athar): Berusahalah untuk duniamu seolah-olah engkau hidup selama-lamanya, dan beramallah untuk akhiratmu seolah-olah engkau akan mati esok hari.

Riwayat at-Tirmidzi 

Monday, February 14, 2011

10 JENIS SOLAT YANG TIDAK DITERIMA OLEH ALLAH S. W. T

Rasulullah S. A. W. telah bersabda yang bermaksud : "Sesiapa yang memelihara solat, maka solat itu sebagai cahaya baginya, petunjuk dan jalan selamat dan barangsiapa yang tidak memelihara solat, maka sesungguhnya solat itu tidak menjadi cahaya, dan tidak juga menjadi petunjuk dan jalan selamat baginya." (Tabyinul Mahaarim) Rasulullah S. A. W telah bersabda bahawa : "10 orang solatnya tidak diterima oleh Allah S. W. T, antaranya : 

1. Orang lelaki yang solat sendirian tanpa membaca sesuatu. 
2. Orang lelaki yang mengerjakan solat tetapi tidak mengeluarkan zakat. 
3. Orang lelaki yang menjadi imam, padahal orang yang menjadi makmum membencinya. 
4. Orang lelaki yang melarikan diri. 
5. Orang lelaki yang minum arak tanpa mahu meninggalkannya (Taubat). 
6. Orang perempuan yang suaminya marah kepadanya. 
7. Orang perempuan yang mengerjakan solat tanpa memakai tudung. 
8. Imam atau pemimpin yang sombong dan zalim menganiaya. 
9. Orang-orang yang suka makan riba'. 
10. Orang yang solatnya tidak dapat menahannya dari melakukan perbuatan yang keji dan mungkar." 

Sabda Rasulullah S. A. W yang bermaksud : "Barang siapa yang solatnya itu tidak dapat menahannya dari melakukan perbuatan keji dan mungkar, maka sesungguhnya solatnya itu hanya menambahkan kemurkaan Allah S. W. T dan jauh dari Allah." Hassan r. a berkata : "Kalau solat kamu itu tidak dapat menahan kamu dari melakukan perbuatan mungkar dan keji, maka sesungguhnya kamu dianggap orang yang tidak mengerjakan solat. Dan pada hari kiamat nanti solatmu itu akan dilemparkan semula ke arah mukamu seperti satu bungkusan kain tebal yang buruk." 

5 PERKARA ELOK DISEBUT

5 perkara yang patut disebut-sebut selalu untuk memberi kesedaran kepada kita sepanjang menjalani hidup ini. Nabi Muhammad saw pernah mengingatkan umat-umatnya tentang kelima-lima perkara ini iaitu: 
1. Perbanyakkan menyebut Allah daripada menyebut makhluk 
Sudah menjadi kebiasaan bagi kita menyebut atau memuji-muji orang yang berbuat baik kepada kita sehingga kadang-kadang kita terlupa hakikat bahawa terlampau banyak nikmat yang telah Allah berikan kepada kita. Lantaran itu, kita terlupa memuji dan menyebut-nyebut nama Allah. Makhluk yang berbuat baik sedikit kita puji habisan tapi nikmat yang terlalu banyak Allah berikan kita langsung tak ingat. Sebaik-baiknya elok dibasahi lidah kita dengan memuji Allah setiap ketika, bukan ucapan Al-hamdulillah hanya apabila sudah kekenyangan hingga sedawa. Pujian begini hanya di lidah saja tak menyelera hingga ke hati. 

2.Perbanyakkan menyebut akhirat daripada menyebut urusan dunia 
Dunia terlalu sedikit dibandingkan dengan akhirat. 1000 tahun di dunia setimpal dengan ukuran masa sehari di akhirat. Betapa kecilnya nisbah umur di dunia ini berbanding akhirat. Nikmat dunia juga 1/100 daripada nikmat akhirat. Begitu juga seksa dan kepayahan hidup di dunia hanya 1/100 daripada akhirat. Hanya orang yang senteng fikiran sibuk memikirkan Wawasan Dunia (WD) hingga terlupa Wawasan Akhirat (WA). Manusia yang paling cerdik ialah mereka yang sibuk merancang Wawasan Akhiratnya. Saham Amanah Dunia (SAD) tak penting, tapi yang paling penting ialah Saham Amanah Akhirat (SAA) yang tak pernah rugi dan merudum malahan sentiasa naik berlipat kali ganda. Oleh itu perbanyakkanlah menyebut-nyebut perihal akhirat supaya timbul keghairahan menanam dan melabur saham akhirat. 

3.Perbanyakkan menyebut dan mengingat hal-hal kematian daripada hal-hal kehidupan 
Kita sering memikirkan bekalan hidup ketika tua dan bersara tapi jarang memikirkan bekalan hidup semasa mati. Memikirkan mati adalah sunat kerana dengan berbuat demikian kita akan menginsafi diri dan kekurangan amalan yang perlu dibawa ke sana. Perjalanan yang jauh ke akhirat sudah tentu memerlukan bekalan yang amat banyak. Bekalan itu hendaklah dikumpulkan semasa hidup di dunia ini. Dunia ibarat kebun akhirat. Kalau tak usahakan kebun dunia ini masakan dapat mengutip hasilnya di akhirat? Dalam hubungan ini eloklah sikap Saidina Ali dicontohi. Meskipun sudah terjamin akan syurga, Saidina Ali masih mengeluh dengan hebat sekali tentang kurangnya amalan untuk dibawa ke akhirat yang jauh perjalanannya. Betapa pula dengan diri kita yang kerdil dan bergelumang dengan dosa? 

4.Jangan menyebut-nyebut kebaikan diri dan keluarga 
Syaitan memang sentiasa hendak memerangkap diri kita dengan menyuruh atau membisikkan kepada diri kita supaya sentiasa mengingat atau menyebut-nyebut tentang kebaikan yang kita lakukan sama ada kepada diri sendiri, keluarga atau masyarakat amnya. Satu kebaikan yang kita buat, kita sebut-sebut selalu macam rasmi ayam 'bertelur sebiji riuh sekampung'. Kita terlupa bahawa dengan menyebut dan mengingat kebaikan kita itu sudah menimbulkan satu penyakit hati iaitu ujub. Penyakit ujub ini ibarat api dalam sekam boleh merosakkan pahala kebajikan yang kita buat. Lebih dahsyat lagi jika menimbulkan ria' atau bangga diri yang mana Allah telah memberi amaran sesiapa yang memakai sifatNya (ria') tidak akan mencium bau syurga. Ria' adalah satu unsur dari syirik (khafi). Oleh itu eloklah kita berhati-hati supaya menghindarkan diri daripada mengingat kebaikan diri kita kepada orang lain. Kita perlu sedar bahawa perbuatan buat baik yang ada pada diri kita itu sebenarnya datang dari Allah. Allah yang menyuruh kita buat baik. Jadi kita patut bersyukur kepada Allah kerana menjadikan kita orang baik, bukannya mendabik dada mengatakan kita orang baik. Kita terlupa kepda Allah yang mengurniakan kebaikan itu. 

5.Jangan sebut-sebut dan nampak-nampakkan keaiban atau keburukan diri orang lain 
Kegelapan hati ditokok dengan rangsangan syaitan selalu menyebabkan diri kita menyebut-nyebut kesalahan dan kekurangan orang lain. Kita terdorong melihat keaiban orang sehingga terlupa melihat keaiban dan kekurangan diri kita sendiri. Bak kata orang tua-tua 'kuman seberang lautan nampak, tapi gajah di depan mata tak kelihatan'. Islam menuntut kita melihat kekurangan diri supaya dengan cara itu kita dapat memperbaiki kekurangan diri kita. Menuding jari mengatakan orang lain tak betul sebenarnya memberikan isyarat bahawa diri kita sendiri tidak betul. Ibarat menunjuk jari telunjuk kepada orang; satu jari arah ke orang itu tapi 4 lagi jari menuding ke arah diri kita. Bermakna bukan orang itu yang buruk, malahan diri kita lebih buruk daripadanya. Oleh sebab itu, biasakan diri kita melihat keburukan diri kita bukannya keburukan orang lain. Jangan menjaga tepi kain orang sedangkan tepi kain kita koyak rabak. Dalam Islam ada digariskan sikap positif yang perlu dihayati dalam hubungan sesama manusia iaitu lihatlah satu kebaikan yang ada pada diri seseorang, meskipun ada banyak kejahatan yang ada pada dirinya. Apabila melihat diri kita pula, lihatkan kejahatan yang ada pada diri kita walaupun kita pernah berbuat baik. Hanya dengan cara ini kita terselamat dari bisikan syaitan yang memang sentiasa mengatur perangkap untuk menjerumuskan kita ke dalam api neraka. 
Demikian tazkirah minggu ini. Semoga 5 perkara yang disebutkan di atas dapat kita hayati dan diterapkan dalam kehidupan kita seharian. Sama-sama beroda semoga terselamat dari kemurkaan Allah semasa di dunia hingga ke akhirat. Amin...

15 sebab turunnya bencana

Hadith yang diriwayatkan oleh At-Tarmizi daripada Saidina Ali karamalLahu-wajhah yang bermaksud; "Apabila umat-umat aku melakukan 15 perkara, maka layaklah mereka ditimpa bala iaitu: 
1. Apabila harta-harta yang dirampas diagihkan kepada orang-orang yang tertentu sahaja 
2. Apabila sesuatu yang diamanahkan itu dijadikan sebagai hak milik 
3. Apabila Zakat yang dikeluarkan sebagai penebus kesalahan (kerana terpaksa) 
4. Apabila suami mentaati isterinya 
5. Apabila anak-anak menderhakai ibu bapanya 
6. Apabila anak-anak lebih memuliakan rakan dan memandang hina terhadap kedua ibu bapanya 
7. Apabila kedengaran suara-suara bising (bersembang hal keduniaan) di dalam masjid 
8. Apabila ketua sesuatu kaum terdiri daripada orang yang hina diantara mereka 
9. Apabila dimuliakan seseorang semata-mata takutkan tindakan buruknya 
10. Apabila arak sudah menjadi minuman biasa 
11. Apabila lelaki sudah berminat untuk memakai sutera 
12. Apabila perempuan-perempuan dijemput untuk menyanyi bagi menghiburkan kaum lelaki 
13. Apabila perempuan-perempuan memainkan alat-alat bunyian (muzik) 
14. Apabila generasi terakhir daripada umat ini mengutuk umat yang terdahulu 
Maka pada saat itu, tunggulah kedatangan bala yang berupa angin merah (puting beliung) atau gerak gempa yang amat dasyat atau tanaman yang tidak menjadi" 
Rujukan : Islam Dan Anda (Abu Hassan Din Al-Hafiz)

ANTARA SABAR DAN MENGELUH

Pada zaman dahulu ada seorang yang bernama Abul Hassan yang pergi haji di Baitul Haram. Diwaktu tawaf tiba-tiba ia melihat seorang wanita yang bersinar dan berseri wajahnya."Demi Allah, belum pernah aku melihat wajah secantik dan secerah wanita itu,tidak lain kerana itu pasti kerana tidak pernah risau dan bersedih hati."

Tiba-tiba wanita itu mendengar ucapan Abul Hassan lalu ia bertanya, "Apakah katamu hai saudaraku ? Demi Allah aku tetap terbelenggu oleh perasaan dukacita dan luka hati kerana risau, dan seorang pun yang menyekutuinya aku dalam hal ini."
Abu Hassan bertanya, "Bagaimana hal yang merisaukanmu?"
Wanita itu menjawab, "Pada suatu hari ketika suamiku sedang menyembelih kambing korban, dan pada aku mempunyai dua orang anak yang sudah boleh bermain dan yang satu masih menyusu, dan ketika aku bangun untuk membuat makanan, tiba-tiba anakku yang agak besar berkata pada adiknya, "Hai adikku, sukakah aku tunjukkan padamu bagaimana ayah menyembelih kambing ?"
Jawab adiknya, "Baiklah kalau begitu ?"
Lalu disuruh adiknya baring dan disembelihkannya leher adiknya itu. Kemudian dia merasa ketakutan setelah melihat darah memancut keluar dan lari ke bukit yang mana di sana ia dimakan oleh serigala, lalu ayahnya pergi mencari anaknya itu sehingga mati kehausan dan ketika aku letakkan bayiku untuk keluar mencari suamiku, tiba-tiba bayiku merangkak menuju ke periuk yang berisi air panas, ditariknya periuk tersebut dan tumpahlah air panas terkena ke badannya habis melecur kulit badannya. Berita ini terdengar kepada anakku yang telah berkahwin dan tinggal di daerah lain, maka ia jatuh pengsan hingga sampai menuju ajalnya. Dan kini aku tinggal sebatang kara di antara mereka semua."

Lalu Abul Hassan bertanya, "Bagaimanakah kesabaranmu menghadapi semua musibah yang sangat hebat itu ?"
Wanita itu menjawab, "Tiada seorang pun yang dapat membezakan antara sabar dengan mengeluh melainkan ia menemukan di antara keduanya ada jalan yang berzeda. Adapun sabar dengan memperbaiki yang lahir, maka hal itu baik dan terpuji akibatnya. Dan adapun mengeluh, maka orangnya tidak mendapat ganti yakni sia-sia belaka."

Demikianlah cerita di atas, satu cerita yang dapat dijadikan tauladan di mana kesabaran sangat digalakkan oleh agama dan harus dimiliki oleh setiap orang yang mengaku beriman kepada Allah dalam setiap terkena musibah dan dugaan dari Allah.Kerana itu Rasulullah s.a.w bersabda dalam firman Allah dalam sebuah hadith Qudsi,:" Tidak ada balasan bagi hamba-Ku yang Mukmin, jika Aku ambil kekasihnya dari ahli dunia kemudian ia sabar, melainkan syurga baginya."

Begitu juga mengeluh. Perbuatan ini sangat dikutuk oleh agama dan hukumnya haram. Kerana itu Rasulullah s.a.w bersabda,: " Tiga macam daripada tanda kekafiran terhadap Allah, merobek baju, mengeluh dan menghina nasab orang."
Dan sabdanya pula, " Mengeluh itu termasuk kebiasaan Jahiliyyah, dan orang yang mengeluh, jika ia mati sebelum taubat, maka Allah akan memotongnya bagi pakaian dari wap api neraka." (Riwayat oleh Imam Majah)
Semoga kita dijadikan sebagai hamba Tuhan yang sabar dalam menghadapi segala musibah.


Thursday, February 3, 2011

10 Langkah Mewujudkan Keyakinan Diri


Kadang kala, kita sebagai manusia selalu merasa kurang yakin dengan diri kita. Apatah lagi bila berhadapan dengan kelompok manusia yang kita rasakan masih terlalu asing bagi kita. Biasanya, kita akan cuba mengelak dengan mengatakan kita tidak mampu melaksanakan sesuatu kerja tersebut. Justeru itu, di sini saya berikan beberapa tips dan petua untuk kita meningkatkan keyakinan diri.
1. Anggaplah diri anda diciptakan Allah sama seperti orang lain. Orang lain boleh buat, kenapa anda tidak boleh buat?
2. Apa-apa kekurangan / kelemahan yang ada pada diri anda, anda baikinya.
3. Jangan takut-takut atau teragak-agak untuk melakukan sesuatu yang positif.
4. Elakkan perasaan malu yang tidak bertempat.
5. Lakukan riadah yang ringan sebelum melakukan sesuatu pekerjaan. Riadah ini sebagai 'warm up' dan dapat mengaktifkan diri seseorang.
6. Kemaskan diri dan anggaplah diri adalah yang terbaik pada hari itu.
7. Apabila berinteraksi, pandang tepat pada muka dan mata orang yang kita sedang berinteraksi dan gunakan sedikit pergerakan tangan untuk menerangkan sesuatu. Jangan terlalu kaku.
8. Apabila memulakan sesuatu tugas, jangan memikirkan masalah. Tetapi fikirkan hasil yang akan diperoleh selepas tugas tersebut dilaksanakan.
9. Sentiasa peka akan waktu. Jangan berlengah-lengah atau bertangguh dalam melaksanakan sesuatu tugas.
10. Berdoa kepada Allah supaya dipermudahkan setiap urusan seharian kita.
Insya-Allah anda akan dapat menilai betapa berharganya diri anda.
Sesungguhnya anda ialah insan yang mulia dan cemerlang.
Insan yang mulia dan cemerlang mempunyai potensi dan setiap potensi harus diusahakan untuk mendapatkan hasilnya!

Bersederhana (Berwasatiyyah) Dalam Menuntut Ilmu


Pada zaman dahulu, menurut ceritanya, si polan yang ingin menuntut ilmu, terpaksa merantau berpurnama lamanya untuk mencari seorang guru. Guru yang ditemui pula belum tentu akan menerima si polan dengan mudah. Setelah disuruh mengangkat air, membelah kayu dan dilempang hingga tergolek; jika si polan tahan dengan deraan itu, baharulah dia diterima menjadi murid.
Pada tahun-tahun selepas kemerdekaan, menuntut ilmu asas menjadi mudah dengan wujudnya sekolah. Namun, untuk memperoleh ilmu ke peringkat tertinggi hingga ke menara gading bukannya senang. Bukan sedikit mereka yang mengambil peperiksaan Sijil Rendah Pelajaran (kini PMR) lebih daripada sekali, Sijil Pelajaran Malaysia hingga tiga kali, atau Sijil Tinggi Pelajaran (kini STPM) sampai lima kali hanya untuk menjejakkan kaki ke tangga universiti.
Tetapi, pada hari ini, ilmu pula yang mencari kita. Bukalah akhbar dan kita akan menemui pelbagai ilmu yang ditawarkan. Kita boleh memilih mana yang sesuai dan diminati. Layarilah internet, dan kita boleh menemui beribu-ribu laman institusi pelajaran. Malah, tawaran untuk mempelajari ilmu sampai kepada kita dalam bentuk e-mel ataupun surat. Seolah-olah pada hari ini, guru yang mencari kita, bukan sebaliknya.
Oleh kerana mudahnya memperoleh ilmu pada hari ini, maka sesiapa sahaja boleh belajar apa yang diingininya pada bila-bila masa yang kita suka. Tambahan pula, tiada had umur yang menyekat kita daripada mempelajari sesuatu. Tentu sekali fenomena ini amat bagus kerana ia memenuhi hasrat kita sebagai manusia yang sentiasa ingin tahu dan ingin menjadi lebih pandai. Tanpa perlu mengikuti kelas atau kuliah yang formal pun, kita itu boleh menjadi pakar di dalam bidang yang diminatinya.
Namun, ia boleh menjadi masalah apabila kita tidak mempunyai kepandaian untuk menilai sesuatu ilmu itu. Kita perlu tahu menimbang apakah ilmu itu menjadikan kita lebih bijaksana atau semakin dungu. Lebih tawaduk bila mana ilmu itu membuatkan kita semakin sedar akan kekurangan ilmu yang diterokai atau semakin bongkak dengan ilmu yang sedikit. Lebih malang lagi jika kita tertuntut ilmu yang sudah ketinggalan zaman ataupun yang salah lagi menyesatkan!
Mempelajari sesuatu ilmu itu tidak boleh hanya berdasarkan menambah pengetahuan dan kemahiran dalam sesuatu bidang. Jika itulah sahaja yang diperoleh, maka kita hanya mendapat kulit dan isi dan tidak intinya. Kulit adalah pengetahuannya, isi adalah kemahirannya, tetapi intinya pula ialah sikapnya.
Serampang tiga mata yang menunjangi ilmu inilah yang menjadi kunci-kunci kepada penguasaan apa jua bidang. Tidak boleh tidak, ilmu yang baik adalah ilmu yang meresap dan dihayati oleh seseorang secara mental, fizikal dan spiritual. Ini adalah kerana, pengetahuan sesuatu ilmu itu adalah untuk mental, kemahiran ilmu itu adalah untuk fizikal, sementara perubahan sikap yang diperoleh daripada sesebuah ilmu itu adalah untuk spiritualnya.
Lihatlah betapa ramai manusia yang dikatakan terpelajar tetapi tidak bijak, apatah lagi bestari. Tahu teori, tetapi yang tidak dapat dipraktikkan. Kerana itulah, jika kita renungi, terdapat banyak sekali masalah di dalam masyarakat yang terjadi secara berulang kerana pendekatan penyelesaiannya mengikut paradigma yang serupa. Puncanya adalah kerana penguasaan ilmunya hanyalah penambahan pengetahuan dan peningkatan kemahiran dan tidak kepada perubahan sikap.
Jika akal dan fikiran sahaja yang diasah, tetapi hati masih tidak diasuh, maka setinggi mana, sebanyak mana ilmu yang dituntut, ia akan berkesudahan dengan kesilapan yang akhirnya menjadi kesalahan. Ilmu yang tidak dipelajari dengan penyertaan hati akan menjadikan seseorang itu tidak mengenal baik dan buruk untuk diri, negara dan agamanya meskipun dia sudah mumayiz berpuluh-puluh tahun yang lalu.
Justeru itu, dalam pada kita mudah sekali mempelajari ilmu, kita mestilah memperoleh tiga elemen yang penting itu. Ia akan menjadikan kita seseorang yang seimbang dari segi perlakuan dan pemikiran. Malah, pada waktu yang sama dapat mengaplikasikan ilmu yang dipelajari secara optimum. Inilah wasatiyyah yang harus menjadi pegangan kepada sesiapa yang mencintai ilmu

Apabila Ibadah Hilang Manisnya


Ibadah adalah jalan mendekatkan diri kepada Allah, baik ibadah-ibadah khusus yang mempunyai aturan-aturan tertentu yang telah digariskan mahupun ibadah-ibadah umum yang lebih luas dan subjektif. Selagi mana sesuatu kebaikan itu dilakukan kerana Allah dan tidak bertentang dengan aturan Allah, maka ia termasuk dalam ibadah.
Firman Allah yang bermaksud :
"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi (beribadah) kepada-Ku."
(Adz-Dzaariyaat: 56)
Ibadah, baik yang wajib mahupun sunat, seharusnya dapat membawa seseorang merasa lebih nikmat dan indah dalam hidup ini. Setiap kali masuk ke dalam solat, hatinya merasa sungguh tenteram bersama Tuhannya. Apabila keluar daripada solat, hatinya selalu rindu untuk menghadapNya lagi. Tatkala kalam Ilahi dilantunkan, hatinya luluh sehingga mengalirlah butir-butir air daripada pelupuk matanya. Bahkan apabila bibirnya sendiri membaca Al-Quran, hatinya semakin teguh untuk melangkah dalam kehidupan. Itu belum bercerita tentang hal keadaan hamba yang begitu asyik merintih dan memohon rahmat Tuhannya di balik tirai malam. Semuanya terasa begitu mententeramkan, sepatutnya.
Namun, adakah kita sentiasa merasakan segala keindahannya ketika kita sendiri melakukan ibadah-ibadah tersebut dan ibadah-ibadah lain juga? Sejahat-jahat manusia, pasti tetap merindukan ketenangan yang hanya boleh dikecap apabila dia kembali kepada Tuhannya. Sebaik-baik manusia, pasti sesekali merasa malas untuk beribadah kerana hilang asyiknya. Persoalannya, bagaimana kemanisan tersebut boleh lenyap dan bagaimana kita boleh mengecap kemanisannya?
Persoalan khusyuk dalam solat adalah sebuah persoalan yang sangat utama dalam kehidupan. Apabila kita dapat mengecap nikmat khusyuk dalam ibadah terbaik tersebut, pastinya kita bakal memperoleh ketenangan yang luar biasa di luar solat. Kita akan belajar untuk khusyuk menyembah Allah dalam segenap aspek kehidupan. Saya pernah bertanya kepada seorang pensyarah, Dr. Ibrahim Shogar di UIAM Kuantan tentang bagaimana untuk khusyuk. Katanya,"It is very difficult for you to achieve khusyuk at this age of yours (20-an) when you have so much to think and to achieve. What you have to do is keep trying". Memikirkan kembali kata-katanya, ada betulnya. Namun, sudahkah we keep trying?
Ke Mana Hilangnya Kemanisan Tersebut?
Saya ingin menyebut tentang khusyuk yang lebih umum dalam segenap bentuk ibadah. Kecerahan siang itu semakin kelam kerana bertandangnya malam. Kedinginan malam semakin hilang apabila terbitnya mentari yang memanaskan. Cerahnya siang itu berbeza sama sekali dengan gelapnya malam. Begitu juga ibadah, manisnya hilang bersama nikmatnya maksiat. Nikmat maksiat menenggelamkan rasa manisnya ibadah.
Maksiat. Perbuatan curang seorang hamba terhadap Tuhannya. Tak mungkin maksiat dilakukan kerana Allah kerana ia sememangnya adalah sebuah larangan. Apabila ia dilakukan ganti berganti dengan ibadah, pastilah manis ibadah yang menjadi korban kerana tarikan dan nikmatnya maksiat itu lebih kuat. Khusyuknya solat hilang bersama pandangan syahwat yang dilayangkan pada lawan jenis yang bukan mahram. Indahnya kalam Ilahi tak terasa apabila jiwa sentiasa dipenuhi kata-kata cinta makhlukNya, apatah lagi yang belum halal. Malam terasa begitu sejuk untuk bertahajjud kerana tidurnya dalam murka setelah bermaksiat.
Apabila hati tercemar sedikit demi sedikit dengan maksiat, nikmat ibadah pun hilang. Lama-kelamaan, ibadah itu sendiri ditinggalkan. Bertambahlah maksiat kerana meninggalkan suruhanNya. Maksiat itu pasti meninggalkan bekas dalam hati. Sekalipun kita telah berhenti melakukannya, tetap juga kesannya terasa sangat dahsyat. Kesan-kesan dan bekas-bekas yang ditinggalkan inilah yang menyebabkan hati kita sentiasa meronta-ronta untuk kembali melakukannya. Kesan-kesan dan bekas-bekas ini juga yang menjadi hijab kepada rasa nikmatnya beribadah. Paku yang tertancap di tiang boleh dicabut, namun lubang dan kesan karatnya tetap tinggal berbekas.
Kembalikan Kemanisannya
Kembalikan rasa nikmat beribadah itu secepat mungkin, sebelum nikmatnya maksiat itu menghalang kita untuk terus beribadah dan mungkin akan terus berpaling daripada Allah. Ketika itu, kita akan menjadi hamba yang rugi serugi-ruginya. Ketika kita berpaling, maka Allah tidak pernah rugi. Lebih malang jika Dia terus membiarkan kita tersesat tak jumpa jalan kembali.
Jujurlah dalam menilai dirimu. Akuilah segala maksiat yang telah kita lakukan. Tak perlu diceritakan kepada orang lain. Cukuplah kita mengingatkan hati agar membenci segala kemaksiatan dan berusaha untuk mengembalikan kemanisan ibadah. Setelah kita dapat mengenal pasti kecurangan kita, berusahalah untuk meninggalkannya dengan bersungguh-sungguh. Berdoalah agar Allah membantu kita untuk terus taat kepadaNya. Rasulullah mengajarkan doa selepas solat dalam sebuah hadith:
Daripada Muaz bin Jabal RA, beliau berkata: Rasullullah SAW mengambil (memegang) tanganku pada suatu hari lalu berkata: "Wahai Muaz! Demi Allah, sesungguhnya aku mengasihi engkau." Muaz berkata: "Aku sanggup menebus diri engkau dengan ayah dan ibuku wahai Rasullullah SAW; dan demi Allah, aku juga mengasihi engkau." Maka Rasullullah SAW berkata: "Aku berwasiat kepada kamu janganlah kamu meninggalkan pada setiap kali selesai solat untuk mengatakan: "Ya Allah! Bantulah aku untuk mengingati-Mu, bersyukur kepada-Mu dan beribadat dengan baik kepada-Mu".
( Riwayat Abu Daud dan al-Nasa'i )
Doa yang diajarkan baginda ringkas namun membawa maksud mendalam daripada sudut pengharapan seorang hamba kepada Tuhannya. Mengharap agar Allah tidak membiarkan kita terkapai-kapai dalam menempuh perjalanan menujuNya, dalam melakukan ibadah, berzikir dan bersyukur kepadaNya. Sungguh indah doa ini, marilah kita sama-sama amalkannya. Berikut lafaznya dalam bahasa Arab:
اللّهمّ أعنّي على ذكرك وشكرك وحسن عبادتك
( Allahumma A'innii 'Alaa Dzikrika Wa Syukrika Wa Husni 'Ibaadatika )
Apabila laungan takbir tak mampu lagi mengetuk pintu hati dan kalam Ilahi tak bisa melembutkannya, zikrullah tak terasa manisnya dan hidup tak terasa bersamaNya, pasti ada terselit dosa yang terang mahupun sembunyi.
Wahai manusia, yang aku pun termasuk di dalamnya, tinggalkanlah kemaksiatan, perbaikilah ibadahmu dan sabarlah dalam mengerjakannya. Bertaubatlah dengan sebenar-benar taubat dan carilah jalan kembali. Untuk itu, kita perlu bermujahadah melawan hawa nafsu agar Allah memberikan jalan keluar.
"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik."
(Al-'Ankabuut: 69)
"Syurga itu dihiasi dengan perkara-perkara yang dibenci sedangkan neraka dihiasi dengan hal-hal yang disukai."
(Riwayat Bukhari dan Muslim)